Minggu, 15 September 2013

Seni Ukir Bali

Seni Ukir Bali
  Motif Bali merupakan salah satu jenis motif ukiran tradisional yang berkembang di Nusantara. Motif ini seperti halnya motif tradisional yang lain, erat hubungannya dengan pemberian nama-nama kerajaan yang terdapat pada wilayah tersebut. Motif Bali adalah motif ukiran yang diduga merupakan peninggalan raja-raja atau kerajaan yang telah mengalami kemajuan kebudayaan pada jaman itu. Motif Bali ini bentuknya lemah gemulai, berirama dengan gayanya yang luwes, agung dan berwibawa, seolah-olah menggambarkan kepribadian sang raja dan masyarakatnya.
Motif Bali ini mempunyai beberapa ciri khas, yang dapat dipilah menjadi dua macam cirri khas yaitu yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.
  Ciri-ciri umum:
Motif Bali mempunyai semua bentuk ukiran daun, bunga dan buah yang berbentuk cembung dan cekung. Hal ini dapat dikatakan bahwa motif Bali adalah motif campuran yang mempunyai perpaduan bentuk antara cekung dan cembung.
  Ciri-ciri khusus:
1. Angkup pada motif Bali seperti halnya pada motif lainnya, mempunyai bentuk yang berikal pada ujungnya.
2. Sunggar ini hanya terdapat pada motif Bali saja. Bentuk sunggar ini tumbuh dari ujung ikal benangan pada daun pokok.
3. Endong pada motif ini adalah daun yang tumbuh dibelakang daun pokok, seperti halnya ending yang terdapat pada motif Pejajaran dan motif Majapahit.
4. Simbar pada motif Bali seperti yang terdapat pada motif Pejajaran dan motif Majapahit dengan bentuk yang khas pula. Simbar berada di depan pangkal daun pokok mengikuti bentuk alurnya, sehingga dapat membentuk keserasian secara keseluruhan pada motif ini.
5. Daun Trubus yang tumbuh pada motif ini tumbuh pada bagian atas dari daun pokok melengkung merelung yang membentuk dengan indahnya.
6. Benangan pada motif ini bentuknya khusus atau khas. Benangannya berbentuk cembung dan miring sebagian. Benangan ini tumbuh melingkar sampai pada ujung ikal.
      7. Pecahan ini seperti halnya pada motif-motif yang lain, mempunyai pecahan garis
         yang menjalar pada daun pokok dan pecahan cawen yang terdapat pada ukiran
         daun patran, sehingga dapat menambah keserasian dan indahnya bentuk ukiran.

Seni Ukir Mataram

MOTIF MATARAM

Motif Mataram merupakan motif ukiran tradisional yang berkembang dan digemari di daerah Jawa. Sama halnya dengan motif Majapahit dan motif Bali yang erat hubungannya dengan pemberian nama-nama kerajaan yang pernah ada di Jawa. Motif ini juga dapat dipandang dari dua hal yaitu ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus,

Ciri-ciri umum:

Motif Mataram ini mempunyai semua bentuk ukiran daun baik daun pokok maupun daun yang kecil-kecil berbentuk cekung. Cekungan ini dalam istilah ukiran tradisional disebut krawingan. Bentuk ukiran daun motif ini berbentuk daun patran, pada bagian ujung daun ada yang mempunyai ikal dan ada pula yang tidak berikal. Susunan daun moptif Mataram biasanya bergerombol hingga menyerupai daun alam.

Ciri-ciri khusus:

    Benangan motif ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu (a) benangan timbul, dan (b) benangan garis.
    Daun Trubus pada motif ini merupakan bentuk daun yang kebanyakan berbentuk bongkok. Daun Trubus ini biasanya tumbuh di muka benangan dan berhenti di bawah ikal daun, seolah-olah menahan ikal daun tersebut.
    Pecahan pada motif Mataram kebanyakan berbentuk pecahan cawen. Di samping pecahan cawen juga terdapat pecahan garis yang terdapat pada bagian yang menarik dari bentuk daun motif ini. Bentuk pecahan pada motif ini memang kelihatan lebih variatif dibandingkan pada bentuk-bentuk motif yang lainnya.

Seni Ukir Jepara


   Ukiran adalah kerajinan utama dari kota Jepara. Ukiran dari kayu di Jepara ini untuk produksinya ada tempat-tempat yang lekat dengan para ahli pahat ukir Jepara sebagai centre of production yaitu di Desa Mulyoharjo untuk pusat kerjinan ukir dan patung Jepara. Yang dimaksud disini adalah ukiran yang berasal dari kayu yang bisa berasal dari kayu jati, mahoni, sengon dan lain-lain. Di kota Jepara hampir di seluruh kecamatan mempunyai mebel dan ukir kayu sesuai dengan keahliannya sendiri-sendiri. Hasil dari kerajinan ukir Jepara bisa bermacam-macam bentuk mulai dari motif patung, motif daun,relief dan lain-lain.
    Menurut sejarah mengapa masyarakat Jepara mempunyai keahlian di pahat ukir kayu adalah konon pada jaman dulu kala ada seorang seniman hebat yang bernama Ki Sungging Adi Luwih. Dia tinggal di kerajaan.Kepiawaian Ki Sungging ini terkenal dan sang raja pun akhirnya mengetahuinya.Singkat cerita raja bermaksud memesan gambar untuk permaisurinya kepada Ki Sungging. Ki Sungging bisa menyelesaikan gambarnya dengan baik namun pada saat Ki Sungging hendak menambahkan cat hitam pada rambutnya,ada cat yang tercecer di gambar permaisuri tersebut bagian paha sehingga nampak seperti tahilalat.Kemudian diserahkan kepada raja dan raja sangat kagum dengan hasil karyanya.Namun takdir berkata lain sang raja curiga kepada Ki Sungging  difikir Ki Sungging pernah melihat permaisuri telanjang karena adanya gambar tahilalat pada pahanya. Akhirnya raja menghukum Ki sungging dengan membawa alat pahat disuruh membuat patung permaisuri di udara dengan naik layang-layang.
    Ukiran patung permaisuri sudah setengah selesai tapi tiba-tiba datang angin kencang dan patung jatuh dan terbawa sampai Bali. Itulah sebabnya mengapa masyarakat Bali juga terkenal sebagai ahli membuat patung. Dan untuk alat pahat yang dipakai oleh ki Sungging jatuh di belakang gunung dan ditempat jatuhnya pahat inilah yang sekarang diakui sebagai Jepara tempat berkembangnya ukiran. 
Terlepas dari cerita legenda maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah dapat berkembang dan bahkan merupakan salah satu bagian dari “nafas kehidupan dan denyut nadi perekonomian“ masyarakat Jepara. Guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia misalnya, dilakukan melalui pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi Perkayuan dan pendidikan non formal melalui kursus-kursus dan latihan-latihan. Dengan penigkatan kualitas sumber daya manusia ini diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk, tetapi juga memacu kemampuan para pengrajin dan pengusaha Jepara dalam pembaca peluang pasar dengan segala tentutannya. 
   Ukiran Jepara mempunyai ciri khas yang menunjukkan bahwa ukiran itu asli dari Jepara atau tidak. Salah satu ciri khas yang terkandung didalamnya adalah bentuk corak dan motif. Untuk motif sendiri bisa kita lihat dari: Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat dari yang keluar dari tangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya.
    Ukiran asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing. Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun. Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah.
    Ciri-ciri Khas diatas sudah cukup mewakili sebagai identitas ukiran Jepara. Bentuk motif ukiran tersebut ada juga yang oleh para ahli pahat disisipkan di berbagai alat rumah tangga seperti contoh di kursi atau meja yang diberikan ukiran khas Jepara,juga yang lain misal figura foto yang diberi khas Jepara dengan ukiran.
Peningkatan kualitas produk dan pengawasan mutu memang menjadi obsesi Jepara dalam memasuki pasar internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan luar negri terhadap produk industri Jepara. 
Jepara yang dikenal sebagai penghasil meubel terbesar di Indonesia pada tanggal 17 Juli 2010 telah memecahkan rekor Indonesia dalam kegiatan mengukir kayu secara bersama-sama dalam satu tempat yang menghadirkan 502 orang , sehingga MURI mencatatkan kabupaten ”Bumi Kartini” ini dalam buku rekornya yang ke 4391. Piagam atau sertifikat MURI tersebut di serahkan Kepala Museum Rekor Indonesia yang di wakili Ariyani Siregar (Deputy Manager) kepada Bupati Jepara Drs. Hendro Martojo,MM di alon-alon Jepara bersamaan di gelarnya lomba mengukir dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Jepara.