Menurut sejarah mengapa masyarakat Jepara mempunyai keahlian di pahat ukir kayu adalah konon pada jaman dulu kala ada seorang seniman hebat yang bernama Ki Sungging Adi Luwih. Dia tinggal di kerajaan.Kepiawaian Ki Sungging ini terkenal dan sang raja pun akhirnya mengetahuinya.Singkat cerita raja bermaksud memesan gambar untuk permaisurinya kepada Ki Sungging. Ki Sungging bisa menyelesaikan gambarnya dengan baik namun pada saat Ki Sungging hendak menambahkan cat hitam pada rambutnya,ada cat yang tercecer di gambar permaisuri tersebut bagian paha sehingga nampak seperti tahilalat.Kemudian diserahkan kepada raja dan raja sangat kagum dengan hasil karyanya.Namun takdir berkata lain sang raja curiga kepada Ki Sungging difikir Ki Sungging pernah melihat permaisuri telanjang karena adanya gambar tahilalat pada pahanya. Akhirnya raja menghukum Ki sungging dengan membawa alat pahat disuruh membuat patung permaisuri di udara dengan naik layang-layang.
Ukiran patung permaisuri sudah setengah selesai tapi tiba-tiba datang
angin kencang dan patung jatuh dan terbawa sampai Bali. Itulah sebabnya
mengapa masyarakat Bali juga terkenal sebagai ahli membuat patung. Dan
untuk alat pahat yang dipakai oleh ki Sungging jatuh di belakang gunung
dan ditempat jatuhnya pahat inilah yang sekarang diakui sebagai Jepara
tempat berkembangnya ukiran.
Terlepas
dari cerita legenda maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah
dapat berkembang dan bahkan merupakan salah satu bagian dari “nafas
kehidupan dan denyut nadi perekonomian“ masyarakat Jepara. Guna
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia misalnya, dilakukan melalui
pendidikan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi
Teknologi Perkayuan dan pendidikan non formal melalui kursus-kursus dan
latihan-latihan. Dengan penigkatan kualitas sumber daya manusia ini
diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk, tetapi juga memacu
kemampuan para pengrajin dan pengusaha Jepara dalam pembaca peluang
pasar dengan segala tentutannya.
Ukiran
Jepara mempunyai ciri khas yang menunjukkan bahwa ukiran itu asli dari
Jepara atau tidak. Salah satu ciri khas yang terkandung didalamnya
adalah bentuk corak dan motif. Untuk motif sendiri bisa kita lihat dari:
Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat dari yang
keluar dari tangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya.
Ukiran asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung
dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun
tersebut meruncing. Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari
pangkal daun. Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya memanjang
dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau
memperindah.
Ciri-ciri Khas diatas sudah cukup mewakili sebagai identitas ukiran
Jepara. Bentuk motif ukiran tersebut ada juga yang oleh para ahli pahat
disisipkan di berbagai alat rumah tangga seperti contoh di kursi atau
meja yang diberikan ukiran khas Jepara,juga yang lain misal figura foto
yang diberi khas Jepara dengan ukiran.
Peningkatan
kualitas produk dan pengawasan mutu memang menjadi obsesi Jepara dalam
memasuki pasar internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan luar negri terhadap produk industri Jepara.
Jepara
yang dikenal sebagai penghasil meubel terbesar di Indonesia pada
tanggal 17 Juli 2010 telah memecahkan rekor Indonesia dalam kegiatan
mengukir kayu secara bersama-sama dalam satu tempat yang menghadirkan
502 orang , sehingga MURI mencatatkan kabupaten ”Bumi Kartini” ini dalam
buku rekornya yang ke 4391. Piagam atau sertifikat MURI tersebut di
serahkan Kepala Museum Rekor Indonesia yang di wakili Ariyani Siregar (Deputy Manager)
kepada Bupati Jepara Drs. Hendro Martojo,MM di alon-alon Jepara
bersamaan di gelarnya lomba mengukir dalam rangka memperingati Hari Jadi
Kabupaten Jepara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar